Jauh sebelum kasus cuci otak yang diduga dilakukan kelompok yang mengatasnamakan Negara Islam Indonesia, politisi PDI Perjuangan, Rieke Diah Pitaloka mengaku hampir saja dibaiat oleh kelompok NII. Kejadian itu ia ingat-ingat terjadi sekitar tahun 1995-1996, sebelum kemudian meletus gerakan reformasi tahun 1998.
Diskusi dengan mereka itu terjadi di sekitar Buncit, Mampang. Hampir saja saya dibaiat. Beruntung, saya buru-buru tarik diri karena tak sepakat dengan ide mereka yang saya yakini mungkin bagian dari NII, kata Rieke Diah Pitaloka yang saya kutip dari media.
Dulu, Rieke getol belajar ngaji, memperdalam ajaran Islam. Waktu itu Rieke masih kuliah S-1 ketika itu di UI (Universitas Indonesia), cerita Rieke pada hari sabtu kepada media. Beberapa kali, kelompok yang dimaksudnya itu mengajak untuk bertemu dan berdiskusi. Awalnya, diskusi seputar Islam, kemudian soal kondisi terkini, masalah bangsa.
Makin lama diskusi kemudian saya rasakan berubah, mereka mengajak untuk membentuk negara baru. Awalnya, Rieke hanya bicara, berdiskusi soal kemiskinan, adanya penindasan, serta ketidak adilan. Merasa ada yang aneh, Rieke Diah kemudian sadar diri. Dalam hatinya, ia menyatakan tidak sepakat dengan diskusi yang berubah, seakan doktrin kepada dirinya untuk mau bergabung membentuk negara baru.
Diskusi dengan mereka itu terjadi di sekitar Buncit, Mampang, Jakarta Selatan. Hampir saja Rieke dibaiat. Beruntung, saya buru-buru menarik diri karena saya tak sepakat dengan ide mereka yang Rieke yakini mungkin bagian dari NII. Rieke menganggap, itu adalah bagian kisah lamanya yang kelam. Namun, dari situ ia memetik hikmah bahwa siapa saja, ketika mereka resah dan tak lagi mempercayai pemerintahan yang ada, maka keinginan untuk memberontak pasti ada. Oleh karena itu Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri meminta pemerintah harus tegas terhadap ideologi-ideologi yang menolak Pancasila seperti Negara Islam Indonesia.
Yang menjadi pertanyakan, kelompok ini dari dulu sudah ada. Kenapa dulu dan sampai sekarang seakan dibiarkan? Kenapa sekarang muncul lagi pada saat ribuan buruh mau turun ke jalan menuntut hak jaminan sosial dan banyaknya kasus-kasus yang terjadi saat ini. Tak perlu NII, siapa pun warga negara, kalau menyangkut masalah kesejahteraan, tak perlu didoktrin, pasti akan berbuat sama.
Kalau merasa tidak sejahtera, tidak usah didoktrin, tidak usah menunggu NII, nanti juga pada kabur. Karena, rakyat sebenarnya butuh kesejahteraan. Kalau kesejahteraan sudah tercapai, saya yakin radikalisme bakal terkikis. Teroris, NII, atau isu radikalisme lainnya, bukanlah isu berdiri sendiri. Isu NII atau radikalisme ada karena pemerintah sudah tak dianggap berpihak kepada rakyatnya lagi. Bagaimana menurut anda?
0 comments:
Post a Comment