Tak Cukup Bicara Benar Untuk Suatu Kebenaran - masih dari kisah nyata yang saya alami , maklum nulis yang paling enak kan nulis apa yang kita pahami dan kita alami walau cara menulisnya belum tentu bisa di pahami atau di mengerti tapi, setidaknya menulis jadi enak dan menyenangkan hati apalagi kalau di dukung rokok dan kopi , orang bilang nikmat nya setengah mati .
Tak perlu basa basi nanti basah beneran dan jadi basi beneran , sekarang langsung saja mengulas kisah nyata yang ada di sekitar saya yang mungkin juga hal ini ada sekitar anda , Apakah itu ? Orang yang sudah meras pintar dan benar karena sudah merasa apa yang di sampaikan itu benar benar benar , padahal belum tentu benar .
Suatu saat saya pernah ngobrol tentang hal yang bisa di bilang serius , dalam pembicaraan tersebut ada salah satu teman saya yang sering menyela omongan teman lainya , di mana saat menyela tadi raut wajahnya menampakan kebanggaan karena sepertinya merasa mampu membenarkan bahasa teman yang bicara , padahal pada saat itu bukan masalah benar tidaknya cara mengucapkan tapi bagaimana caranya menyelesaikan permasalahan.
Saya sebagai pendengar pembicaraan tersebut lama lama jengkel dengan teman yang sok menyela pembicaaraan tadi , dengan nada sedikit keras aku bertanya pada dia , aku amati kamu kok sepertiny seperti yang punya ide saja , kalau getu silahkan kamu saja yang bicara , sementara dia (pembicara pertama ) biar menjadi pendengar , orang tadi sedikit kaget , setengah membantah dia berkata bukankah memang benarnya ucapan itu harus di katakan begitu ? saya jawab lagi , iya memang benar ucapanya memang begitu tapi kali ini yang di bahas bukan tentang bagaimana mengucapkan tapi bagaimana menyaur hutang , intinya bagaimana dapat uang untuk bayar hutang , apakah dengan bicara dengan fasih dan benar kemudian uang datang ? tidak kan, aku tekan lagi ayo buktikan apakah dengan aku bicara fasih dan benar terus hutang terbayar .
Diskusi setengah berhenti , akhirnya dia diam sambil menggerutu , ya sudahlah kalau memang aku di anggap salah , melihat masih tersimpan tidak lega di hatinya , aku tekan lagi , loh aku tidak menyalahkan mu, tapi butuh tanggung jawabmu sekarang buktikan jika memang dengan caramu terus dapat uang untuk bayar ayo buktikan ? selanjutnya ada teman memegang pundak saya , sambil berkata sudah sudah , ayo kita lanjutkan diskuisnya .
Suasana kembali stabil , dan dalam waktu singkat akhirnya diskusi menemukan satu keputusan , bahwa cara supaya hutang bisa terbayar dalah seperti ini dengan cara begini . hatiku lega karena solusi sudah di temukan .
0 comments:
Post a Comment