lihat juga

Sunday, March 18, 2012

Film Mestakung syuting di desa Nambakor

Tahukah anda sama film mestakung atau Semeseta Mendukung sebuah film yang diproduser oleh Putut Widjanarko dan di produksi oleh Mizan Productions dan Falcon Picture atas sutradara John De Rantau,


Inilah sipnosisnya :
“Film semesta mendukung bercerita tentang begitu kuatnya tentang persahabatan, kecintaan pada sains, dan arti kasih ibu.Film ini terinspirasi dari kisah-kisah kegemilangan putra-putri Indonesia mengangkat nama bangsa Indonesia di kancah dunia internasional lewat pelbagai olimpiada sains.
Muhammad Arief (Sayef Muhammad Billah), anak dari sebuah keluarga miskin dari Sumenep, Madura, sangat menggemari sains, khususnya fisika. Meski tinggal jauh dari kota besar dan bersekolah dengan fasilitas yang serbaminim, Arief tetap menekuni fisika
Arief tinggal bersama ayahnya, Muslat (Lukman Sardi), mantan petani garam yang beralih profesi menjadi sopir truk serabutan karena ladang garam sedang dilanda paceklik. Lantaran kondisi ekonomi keluarga yang serba kekurangan itu, ibu Arief, Salmah (Helmalia Putri), terpaksa bekerja sebagai TKW di Singapura. Setelah bertahun-tahun belum juga kembali, dan tidak pernah memberi kabar, Arief sangat merindukannya. Arief bekerja di bengkel sepulang sekolah dengan cita-cita mengumpulkan uang untuk mencari ibunya. Arief akan dibantu oleh Cak Alul (Sudjiwo Tedjo)
Ibu Tari Hayat (Revalina S. Temat), seorang guru fisika, melihat bakat besar yang dimiliki Arief. Berkat dorongan Ibu Tari, Arief ikut seleksi olimpiade sains yang akan diadakan di Singapura. Namun, sesungguhnya Arief memiliki agenda tersembunyi: menemukan ibunya di sana
Seleksi dilakukan oleh Pak Tio Yohanes (Ferry Salim) di Jakarta, yang dibantu oleh Deborah Sinaga (Febby Febiola). Para peserta bersaing untuk lolos, sekaligus menjalin persahabatan. Arief menjalin persahabatan dengan Muhammad Thamrin (Angga Putra), dan Clara Annabela (Dinda Hauw). Akankah Arief berhasil lolos seleksi dan ikut olimpiade fisika dunia? Dan apakah Arief menemukan ibunya kembali?”
Film tersebut bertempat latar di desa Nambakor yaitu tempat tinggalku, betapa bangganya kami sebagai warga desa Nambakor karena sutradara film merekrut kru film sebagian dari warga desa Nambakor,


Dan yang kami banggakan lagi yaitu Tempatnya rata-rata itu di lading-ladang garam, garam merupakan simbol bagi warga desa Nambakor walau hanya sebagian warga yang menggarap lahan pegaraman, Istilah nama Nambakor yaitu “Nambe’ ekor –okor” yang artinya tambak yang diukur-ukur karena desa kami di bagi menjadi 2 yaitu sebelah timur lahan pegaraman yang luas dan sebelah barat lahan pertanian yang luas juga,


Aku juga heran mengapa film ini memilih nambakor ternyata setelah bertanya-tanya karena Nambakor terkenal dengan areal lahan pegaraman yang luas dan pemandangannya yang indah ketika sore dan pagi hari makanya kebanyakan latarnya pagi, sore dan siangnya sedikit.

ads

Ditulis Oleh : gdfysx Hari: 7:57 AM Kategori:

0 comments:

Post a Comment

surf