Al Maudhu’
1. Pengertiannya
2. Hukumnya
3. Tanda-tanda untuk mengetahui hadits palsu
4. Contoh dari hadits-hadits palsu dan berbagai kitab yang memuat daftar hadits-hadits palsu
5. Contoh orang yang memalsukan hadits
1. Al maudhu’ (الموضوع): Hadits yang didustakan atas Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam.
2. Hadits maudhu’ merupakan hadits yang tertolak (1). Tidak boleh disebutkan kecuali disertai penjelasan tentang kepalsuannya dalam rangka memperingatkan bahwa hadits tersebut palsu. Sebagaimana sabda Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam,
من حدث عني بحيث يرى أنه كذبٌ فهو احد الكاذبين
“Barang siapa mengucapkan dariku dengan sebuah hadits yang dia kira bahwa hadits tersebut adalah dusta maka dia salah seorang pendusta.” (HR Muslim)
3. Diantara tanda hadits palsu adalah sebagai berikut:
* Pengakuan orang yang memalsukannya.
* Bertentangan dengan akal. Misalnya, kandungan hadits tersebut mengumpulkan dua hal yang bertentangan, menetapkan hal yang mustahil, meniadakan adanya sesuatu yang harus ada, dan selainnya.
* Bertentangan dengan yang diketahui secara pasti sebagai bagian dari agama. Misalnya hadits tersebut mengingkari salah satu rukun Islam, menghalalkan riba dan selainnya, menetapkan waktu terjadinya kiamat, atau menetapkan mungkin ada nabi setelah nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam dan selainnya.
4. Hadits-hadits maudhu’ banyak sekali diantaranya:
* Hadits-hadits tentang ziarah kubur Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam
* Hadits-hadits tentang keutamaan bulan Rajab dan keistimewaan sholat di bulan tersebut.
* Hadits-hadits tentang hidupnya nabi Khidhir, sahabat nabi Musa ‘alaihissholatu wasalam dan bahwasannya beliau datang menemui nabi serta menghadiri pemakaman Nabi.
* Hadits-hadits palsu tentang berbagai hal:
* “Cintailah orang arab karena tiga hal, karena aku adalah orang arab, Al Quran itu berbahasa arab, dan bahasa penghuni surga adalah bahasa arab”
* “Ikhtilaf umatku adalah rahmat”
* “Bekerjalah untuk dunia seolah engkau hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhirat seolah engkau akan mati esok hari”
* “Cinta dunia adalah sumber dari segala dosa”
* “Cinta tanah air adalah bagian dari iman”
* “Sebaik-baik nama adalah yang mengandung pujian dan penghambaan”
* “Aku melarang jual beli dengan syarat”
* “Hari puasa kalian adalah hari kalian menyembelih kurban”
Banyak dari ahli hadits yang menulis buku untuk menjelaskan hadits-hadits palsu dalam rangka membela sunnah dam memperingatkan umat darinya semisal:
1. Maudhu’at Kubro (الموضوعات الكبرى). Ditulis oleh Ibnu Jauzi yang wafat pada tahun 597 H. Akan tetapi kitab ini tidak mencakup semua hadits palsu, dan di dalamnya dimasukkan hadits-hadits yang sebenarnya tidak palsu.
2. Fawaidul Majmu’atu Fil Ahadiysil Maudhu’ah (الفوائد المجمعة في الأحاديث), ditulis oleh Asy Syaukani yang wafat pada tahun 1250 H. Di dalamnya penulis mudah memberikan vonis palsu sehingga beliau memasukkan hadits-hadits yang bukan maudhu’ ke dalamnya.
3. Tanzihusy Syari’atil Marfu’atu ‘Anil Akhbarisy Syani’atil Maudhu’ah (تنزيه الشريعة المفوعة عن الأخبار الشنيعة الموضوعة), ditulis oleh Ibnu ‘Iroqi yang wafat pada tahun 963 H. Kitab ini termasuk kitab terlengkap yang ditulis mengenai hal ini.
5. Pemalsu hadits sangat banyak
Diantara tokoh pemalsu hadits yang terkenal adalah: Ishaq bin Najh Al Malathi, Makmun bin Ahmad Al Harowi, Muhammad ibnu As Saib Al Kulbi, Al Mughiroh bin Sa’id Al Kufi, Muqotil bin Abi Sulaiman, Al Waqidi, Ibnu Abi Yahya.
Pemalsu hadits itu terdiri dari beberapa kelompok, diantaranya:
1. Az Zindik
Yaitu mereka yang pura-pura masuk Islam untuk merusak akidah kaum muslimin, dan memperburuk citra islam, dan merubah hukum Islam.
Misal: Muhammad bin Sa’id Al Mashlub yang dibunuh oleh Abu Ja’far Al Manshur. Dia memalsukan hadits dari Anas rodhiallahu ‘anhu yang disandarkan pada Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya aku adalah penutup nabi, tidak ada nabi setelahku kecuali yang Allah kehendaki.”
Yang lain adalah ‘Abdul Karim bin Abi Al ‘Aujai yang dibunuh oleh salah seorang gubernur Abasiyah di Bashroh. Dia berkata saat dibawa untuk dibunuh, “Sesungguhnya aku telah membuat di tengah-tengah kalian empat ribu hadits. Di dalamnya aku haramkan yang halal dan aku halalkan yang haram.”
Sungguh dikatakan bahwa orang-orang zindik telah memalsukan atas nama Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam sebanyak 14.000 hadits.
2. Orang yang hendak mencari muka kepada kholifah atau gubernur.
Misalnya Ghiyats bin Ibrohim. Ia pergi menemui Khalifah Al Mahdi yang sedang bermain burung merpati. Dikatakan padanya, “Sampaikan hadits pada amirul mukminin”, maka dia menyebutkan sebuah sanad untuk membuat hadits palsu atas Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bahwasannya Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh ada taruhan kecuali pada pacuan unta, melempar tombak, memanah, atau pacuan merpati.” Mendengar itu, Al Mahdi berkata “Aku yang menjadi penyebab orang itu membuat hadits palsu”, kemudian beliau meninggalkan burung merpati tersebut dan memerintahkan untuk disembelih (2).
3. Orang yang mencari perhatian kepada orang awam, dengan menyebut cerita yang aneh-aneh dalam rangka memotivasi mereka untuk berbuat taat, menakuti-nakuti mereka untuk berbuat maksiat, untuk mencari harta (3), atau mencari kedudukan.,Semacam tukang-tukang kisah di masa silam, yaitu orang-orang yang berbicara, memberikan pengajian di masjid-masjid di tempat orang berkumpul dengan cerita yang membuat keterpengahan, berupa cerita yang aneh-aneh.
Semisal dari Imam Ahmad ibn Hambal dan Imam Yahya ibn Ma’in. Keduanya suatu hari sholat di masjid Rosafah. Setelah selesai sholat berdirilah seorang tukang kisah/penceramah yang kemudian dia bercerita dan mengatakan “Bercerita kepada kami Ahmad ibn Hambal dan Yahya ibn Ma’in kemudian menyebutkan sanad sampai Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian dia mengatakan, “Barang siapa yang mengucapkan la ilaha illallah maka Allah ciptakan untuk setiap kalimat seekor burung, paruhnya dari emas, dan bulunya dari marjan (semacam tumbuh-tumbuhan yang indah) kemudian dia sebutkan sebuah kisah yang panjang (4).”
Ketika telah selesai bercerita, maka kemudian dia mengambil pemberian dari hadirin yang terkesima dengan ceritanya. Kemudian Imam Yahya ibn Ma’in berisyarat dengan tangannya kepada orang tersebut. Maka dia datang karena mengira akan mendapat uang. Imam Yahya ibn Ma’in bertanya kepadanya, “Siapa yang bercerita kepadamu hadits seperti ini?” Maka orang tersebut menjawab tanpa merasa bersalah, “Yang bercerita adalah Ahmad ibn Hambal dan Yahya ibn Ma’in (5).” Maka Yahya ibn Ma’in mengatakan, “Saya ini Yahya ibn Ma’in dan sebelah saya ini adalah Ahmad ibn Hambal. Dan kami tidak pernah mendengar hadits seperti ini dalam haditsnya Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam.”
Maka si tukang cerita itu berkata, “Aku tidak pernah mengira kalau Yahya ibn Ma’in dan Ahmad ibn Hambal itu lebih bodoh daripada dari hari ini. Memangnya Ahmad ibn Hambal dan Yahya ibn Ma’in di dunia ini hanya dua saja.” Maka si tukang cerita berkata dengan beraninya, “Selalu saja aku dengar bahwasannya Yahya ibn Ma’in itu lebih dungu yang kuperkirakan kecuali pada detik ini. Aku tidak pernah mengira Yahya ibn Ma’in seorang bodoh, dan tidak pernah kuperkirakan ia ternyata lebih bodoh lagi dari hari ini. Seakan-akan di dunia ini tidak ada Yahya ibn Ma’in dan Ahmad ibn Hambal kecuali kalian berdua. Sungguh aku telah menulis hadits dari 17 orang yang bernama Ahmad ibn Hambal dan 17 orang yang bernama Yahya ibn Ma’in.” Maka Imam Ahmad pun meletakkan lengan bajunya ke wajahnya dan mengatakan kepada Yahya ibn Ma’in, “Biarkan dia pergi.” Lalu dia berdiri dengan gaya seperti orang yang mengejek Yahya ibn Ma’in dan Ahmad ibn Hambal (6).
4. Semangat membela agama (7)
Akhirnya membuat hadits-hadits palsu tentang keutamaan Islam dan hal-hal yang berkaitan dengannya, tentang zuhud di dunia dan semacam itu. Maksudnya mulia, lillahita ‘ala tidak untuk mendapat uang tapi agar orang mempunyai perhatian terhadap agama. Semacam yang dilakukan Abu ‘Ishmah Nuh ibn Abi Maryam. Padahal dia seorang hakim di daerah Marwa. Dia membuat hadits-hadits palsu tentang keutamaan surat-surat Al-Qur’an, surat persurat (8). Kemudian diia mengatakan motivasi membuat hadits palsu, “Sungguh aku lihat banyak orang berpaling dari membaca Al-Qur’an. Orang sibuk mempelajari fiqh Abu Hanifah dan kitab Siroh Ibnu Ishaq. Maka aku membuat hadits palsu tersebu.t”
5. Karena penyakit fanatik
Yaitu orang yang fanatik dengan madzhab fiqih atau suatu metode atau suatu negara yang dia ikuti (9). Mereka membuat hadits-hadits tentang sesuatu yang mereka fanatik dengan menyanjung-nyanjungnya, semacam perbuatan Maisaroh ibn Abdu Robbihi yang mengaku telah memalsukan hadits Nabi sebanyak 70 hadits tentang keutamaan Ali ibn Abi Thalib .
1. Tidak boleh dijadikan dalil
2. Dalam hadits ini, terdapat tiga jenis permainan yang itu diperbolehkan dengan bertaruh, boleh juga tanpa bertaruh. Oleh karena itu, Syaikh Abdurrohman As Sa’di rohimahullah, membagi permainan menjadi tiga jenis,
1. Permainan yang haram, baik menggunakan taruhan atau tidak. Misal : permainan yang menggunakan dadu, catur.
2. Permainan yang halal, yang diperbolehkan menggunakan taruhan atau tidak, yaitu tiga jenis lomba ini.
3. Permainan yang halal jika tidak menggunakan taruhan. Yaitu perlombaan yang selain tiga jenis ini.
Demikian yang beliau katakan di Qowaid wal Ushul Jamiah.
3. Semacam meningkatkan oplah majalah. Khusus di tempat kita majalah Hidayah.
4. Lengkapnya tentang hadits dia ini ada di Durotun Nasihin di bab Keutamaan La ilaha illallah.
5. Dibuku yang lain ada penjelasan, mereka saling bertanya, “Kamu pernah bercerita?”. Keduanya saling menjawab tidak.
6. Kalau yang ada sekarang, misalnya ada yang meninggal, kemudian tanah tidak bisa menerimanya, tubuhnya bau, tubuhnya penuh belatung. Kemudian tukang cerita seakan-akan tahu yang ghoib mengatakan, “Ini seperti ini karena durhaka pada orang tua”. Padahal dosanya banyak sekali misalnya berjudi, tidak sholat. Darimana dia dapat memastikan belatung itu karena durhaka pada orangtua. Darimana tahu bahwa ini dan itu berhubungan. Adzab Allah Ta’ala adalah sesuatu yang ghoib. Itulah tukang kisah di zaman ini. Kalau tukang kisah di masa silam membuat sanad palsu, hadits palsu.
7. Ulama menyebutnya, membuat hadits karena motivasi ihtisaban (karena lillahi Ta’ala) namun membuat hadits palsu. Mereka mengatakan yang dilarang adalah “Barangsiapa berdusta atas namaku” sedangkan yang kami lakukan, “Barangsiapa berdusta yang menguntungkan Rosulullah”, jadi kami tidak dosa. Ini terjadi karena semangat tanpa ilmu. Mutahamisun terjadi karena semangat yang luar biasa terhadap agama.
8. Yang menyedihkan, adalah ada orang yang menulis buku dan isinya mencantumkan hadits-hadits palsu ini dan lebih menyedihkan lagi bukunya sudah diterjemahkan.
9. Bahkan karena sangat fanatiknya dengan seseorang sampai ada yang membuat hadits palsu. Semacam hadits, “Lentera umatku adalah Abu Hanifah dan akan muncul di tengah-tengah umatku manusia yang lebih bahaya daripada Dajjal yang bernama Muhammad ibn Idris As Syafi’i”. Hadits-hadits ini muncul karena fantaik berat dengan madzhab.
1. Pengertiannya
2. Hukumnya
3. Tanda-tanda untuk mengetahui hadits palsu
4. Contoh dari hadits-hadits palsu dan berbagai kitab yang memuat daftar hadits-hadits palsu
5. Contoh orang yang memalsukan hadits
1. Al maudhu’ (الموضوع): Hadits yang didustakan atas Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam.
2. Hadits maudhu’ merupakan hadits yang tertolak (1). Tidak boleh disebutkan kecuali disertai penjelasan tentang kepalsuannya dalam rangka memperingatkan bahwa hadits tersebut palsu. Sebagaimana sabda Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam,
من حدث عني بحيث يرى أنه كذبٌ فهو احد الكاذبين
“Barang siapa mengucapkan dariku dengan sebuah hadits yang dia kira bahwa hadits tersebut adalah dusta maka dia salah seorang pendusta.” (HR Muslim)
3. Diantara tanda hadits palsu adalah sebagai berikut:
* Pengakuan orang yang memalsukannya.
* Bertentangan dengan akal. Misalnya, kandungan hadits tersebut mengumpulkan dua hal yang bertentangan, menetapkan hal yang mustahil, meniadakan adanya sesuatu yang harus ada, dan selainnya.
* Bertentangan dengan yang diketahui secara pasti sebagai bagian dari agama. Misalnya hadits tersebut mengingkari salah satu rukun Islam, menghalalkan riba dan selainnya, menetapkan waktu terjadinya kiamat, atau menetapkan mungkin ada nabi setelah nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam dan selainnya.
4. Hadits-hadits maudhu’ banyak sekali diantaranya:
* Hadits-hadits tentang ziarah kubur Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam
* Hadits-hadits tentang keutamaan bulan Rajab dan keistimewaan sholat di bulan tersebut.
* Hadits-hadits tentang hidupnya nabi Khidhir, sahabat nabi Musa ‘alaihissholatu wasalam dan bahwasannya beliau datang menemui nabi serta menghadiri pemakaman Nabi.
* Hadits-hadits palsu tentang berbagai hal:
* “Cintailah orang arab karena tiga hal, karena aku adalah orang arab, Al Quran itu berbahasa arab, dan bahasa penghuni surga adalah bahasa arab”
* “Ikhtilaf umatku adalah rahmat”
* “Bekerjalah untuk dunia seolah engkau hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhirat seolah engkau akan mati esok hari”
* “Cinta dunia adalah sumber dari segala dosa”
* “Cinta tanah air adalah bagian dari iman”
* “Sebaik-baik nama adalah yang mengandung pujian dan penghambaan”
* “Aku melarang jual beli dengan syarat”
* “Hari puasa kalian adalah hari kalian menyembelih kurban”
Banyak dari ahli hadits yang menulis buku untuk menjelaskan hadits-hadits palsu dalam rangka membela sunnah dam memperingatkan umat darinya semisal:
1. Maudhu’at Kubro (الموضوعات الكبرى). Ditulis oleh Ibnu Jauzi yang wafat pada tahun 597 H. Akan tetapi kitab ini tidak mencakup semua hadits palsu, dan di dalamnya dimasukkan hadits-hadits yang sebenarnya tidak palsu.
2. Fawaidul Majmu’atu Fil Ahadiysil Maudhu’ah (الفوائد المجمعة في الأحاديث), ditulis oleh Asy Syaukani yang wafat pada tahun 1250 H. Di dalamnya penulis mudah memberikan vonis palsu sehingga beliau memasukkan hadits-hadits yang bukan maudhu’ ke dalamnya.
3. Tanzihusy Syari’atil Marfu’atu ‘Anil Akhbarisy Syani’atil Maudhu’ah (تنزيه الشريعة المفوعة عن الأخبار الشنيعة الموضوعة), ditulis oleh Ibnu ‘Iroqi yang wafat pada tahun 963 H. Kitab ini termasuk kitab terlengkap yang ditulis mengenai hal ini.
5. Pemalsu hadits sangat banyak
Diantara tokoh pemalsu hadits yang terkenal adalah: Ishaq bin Najh Al Malathi, Makmun bin Ahmad Al Harowi, Muhammad ibnu As Saib Al Kulbi, Al Mughiroh bin Sa’id Al Kufi, Muqotil bin Abi Sulaiman, Al Waqidi, Ibnu Abi Yahya.
Pemalsu hadits itu terdiri dari beberapa kelompok, diantaranya:
1. Az Zindik
Yaitu mereka yang pura-pura masuk Islam untuk merusak akidah kaum muslimin, dan memperburuk citra islam, dan merubah hukum Islam.
Misal: Muhammad bin Sa’id Al Mashlub yang dibunuh oleh Abu Ja’far Al Manshur. Dia memalsukan hadits dari Anas rodhiallahu ‘anhu yang disandarkan pada Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya aku adalah penutup nabi, tidak ada nabi setelahku kecuali yang Allah kehendaki.”
Yang lain adalah ‘Abdul Karim bin Abi Al ‘Aujai yang dibunuh oleh salah seorang gubernur Abasiyah di Bashroh. Dia berkata saat dibawa untuk dibunuh, “Sesungguhnya aku telah membuat di tengah-tengah kalian empat ribu hadits. Di dalamnya aku haramkan yang halal dan aku halalkan yang haram.”
Sungguh dikatakan bahwa orang-orang zindik telah memalsukan atas nama Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam sebanyak 14.000 hadits.
2. Orang yang hendak mencari muka kepada kholifah atau gubernur.
Misalnya Ghiyats bin Ibrohim. Ia pergi menemui Khalifah Al Mahdi yang sedang bermain burung merpati. Dikatakan padanya, “Sampaikan hadits pada amirul mukminin”, maka dia menyebutkan sebuah sanad untuk membuat hadits palsu atas Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bahwasannya Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh ada taruhan kecuali pada pacuan unta, melempar tombak, memanah, atau pacuan merpati.” Mendengar itu, Al Mahdi berkata “Aku yang menjadi penyebab orang itu membuat hadits palsu”, kemudian beliau meninggalkan burung merpati tersebut dan memerintahkan untuk disembelih (2).
3. Orang yang mencari perhatian kepada orang awam, dengan menyebut cerita yang aneh-aneh dalam rangka memotivasi mereka untuk berbuat taat, menakuti-nakuti mereka untuk berbuat maksiat, untuk mencari harta (3), atau mencari kedudukan.,Semacam tukang-tukang kisah di masa silam, yaitu orang-orang yang berbicara, memberikan pengajian di masjid-masjid di tempat orang berkumpul dengan cerita yang membuat keterpengahan, berupa cerita yang aneh-aneh.
Semisal dari Imam Ahmad ibn Hambal dan Imam Yahya ibn Ma’in. Keduanya suatu hari sholat di masjid Rosafah. Setelah selesai sholat berdirilah seorang tukang kisah/penceramah yang kemudian dia bercerita dan mengatakan “Bercerita kepada kami Ahmad ibn Hambal dan Yahya ibn Ma’in kemudian menyebutkan sanad sampai Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian dia mengatakan, “Barang siapa yang mengucapkan la ilaha illallah maka Allah ciptakan untuk setiap kalimat seekor burung, paruhnya dari emas, dan bulunya dari marjan (semacam tumbuh-tumbuhan yang indah) kemudian dia sebutkan sebuah kisah yang panjang (4).”
Ketika telah selesai bercerita, maka kemudian dia mengambil pemberian dari hadirin yang terkesima dengan ceritanya. Kemudian Imam Yahya ibn Ma’in berisyarat dengan tangannya kepada orang tersebut. Maka dia datang karena mengira akan mendapat uang. Imam Yahya ibn Ma’in bertanya kepadanya, “Siapa yang bercerita kepadamu hadits seperti ini?” Maka orang tersebut menjawab tanpa merasa bersalah, “Yang bercerita adalah Ahmad ibn Hambal dan Yahya ibn Ma’in (5).” Maka Yahya ibn Ma’in mengatakan, “Saya ini Yahya ibn Ma’in dan sebelah saya ini adalah Ahmad ibn Hambal. Dan kami tidak pernah mendengar hadits seperti ini dalam haditsnya Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam.”
Maka si tukang cerita itu berkata, “Aku tidak pernah mengira kalau Yahya ibn Ma’in dan Ahmad ibn Hambal itu lebih bodoh daripada dari hari ini. Memangnya Ahmad ibn Hambal dan Yahya ibn Ma’in di dunia ini hanya dua saja.” Maka si tukang cerita berkata dengan beraninya, “Selalu saja aku dengar bahwasannya Yahya ibn Ma’in itu lebih dungu yang kuperkirakan kecuali pada detik ini. Aku tidak pernah mengira Yahya ibn Ma’in seorang bodoh, dan tidak pernah kuperkirakan ia ternyata lebih bodoh lagi dari hari ini. Seakan-akan di dunia ini tidak ada Yahya ibn Ma’in dan Ahmad ibn Hambal kecuali kalian berdua. Sungguh aku telah menulis hadits dari 17 orang yang bernama Ahmad ibn Hambal dan 17 orang yang bernama Yahya ibn Ma’in.” Maka Imam Ahmad pun meletakkan lengan bajunya ke wajahnya dan mengatakan kepada Yahya ibn Ma’in, “Biarkan dia pergi.” Lalu dia berdiri dengan gaya seperti orang yang mengejek Yahya ibn Ma’in dan Ahmad ibn Hambal (6).
4. Semangat membela agama (7)
Akhirnya membuat hadits-hadits palsu tentang keutamaan Islam dan hal-hal yang berkaitan dengannya, tentang zuhud di dunia dan semacam itu. Maksudnya mulia, lillahita ‘ala tidak untuk mendapat uang tapi agar orang mempunyai perhatian terhadap agama. Semacam yang dilakukan Abu ‘Ishmah Nuh ibn Abi Maryam. Padahal dia seorang hakim di daerah Marwa. Dia membuat hadits-hadits palsu tentang keutamaan surat-surat Al-Qur’an, surat persurat (8). Kemudian diia mengatakan motivasi membuat hadits palsu, “Sungguh aku lihat banyak orang berpaling dari membaca Al-Qur’an. Orang sibuk mempelajari fiqh Abu Hanifah dan kitab Siroh Ibnu Ishaq. Maka aku membuat hadits palsu tersebu.t”
5. Karena penyakit fanatik
Yaitu orang yang fanatik dengan madzhab fiqih atau suatu metode atau suatu negara yang dia ikuti (9). Mereka membuat hadits-hadits tentang sesuatu yang mereka fanatik dengan menyanjung-nyanjungnya, semacam perbuatan Maisaroh ibn Abdu Robbihi yang mengaku telah memalsukan hadits Nabi sebanyak 70 hadits tentang keutamaan Ali ibn Abi Thalib .
1. Tidak boleh dijadikan dalil
2. Dalam hadits ini, terdapat tiga jenis permainan yang itu diperbolehkan dengan bertaruh, boleh juga tanpa bertaruh. Oleh karena itu, Syaikh Abdurrohman As Sa’di rohimahullah, membagi permainan menjadi tiga jenis,
1. Permainan yang haram, baik menggunakan taruhan atau tidak. Misal : permainan yang menggunakan dadu, catur.
2. Permainan yang halal, yang diperbolehkan menggunakan taruhan atau tidak, yaitu tiga jenis lomba ini.
3. Permainan yang halal jika tidak menggunakan taruhan. Yaitu perlombaan yang selain tiga jenis ini.
Demikian yang beliau katakan di Qowaid wal Ushul Jamiah.
3. Semacam meningkatkan oplah majalah. Khusus di tempat kita majalah Hidayah.
4. Lengkapnya tentang hadits dia ini ada di Durotun Nasihin di bab Keutamaan La ilaha illallah.
5. Dibuku yang lain ada penjelasan, mereka saling bertanya, “Kamu pernah bercerita?”. Keduanya saling menjawab tidak.
6. Kalau yang ada sekarang, misalnya ada yang meninggal, kemudian tanah tidak bisa menerimanya, tubuhnya bau, tubuhnya penuh belatung. Kemudian tukang cerita seakan-akan tahu yang ghoib mengatakan, “Ini seperti ini karena durhaka pada orang tua”. Padahal dosanya banyak sekali misalnya berjudi, tidak sholat. Darimana dia dapat memastikan belatung itu karena durhaka pada orangtua. Darimana tahu bahwa ini dan itu berhubungan. Adzab Allah Ta’ala adalah sesuatu yang ghoib. Itulah tukang kisah di zaman ini. Kalau tukang kisah di masa silam membuat sanad palsu, hadits palsu.
7. Ulama menyebutnya, membuat hadits karena motivasi ihtisaban (karena lillahi Ta’ala) namun membuat hadits palsu. Mereka mengatakan yang dilarang adalah “Barangsiapa berdusta atas namaku” sedangkan yang kami lakukan, “Barangsiapa berdusta yang menguntungkan Rosulullah”, jadi kami tidak dosa. Ini terjadi karena semangat tanpa ilmu. Mutahamisun terjadi karena semangat yang luar biasa terhadap agama.
8. Yang menyedihkan, adalah ada orang yang menulis buku dan isinya mencantumkan hadits-hadits palsu ini dan lebih menyedihkan lagi bukunya sudah diterjemahkan.
9. Bahkan karena sangat fanatiknya dengan seseorang sampai ada yang membuat hadits palsu. Semacam hadits, “Lentera umatku adalah Abu Hanifah dan akan muncul di tengah-tengah umatku manusia yang lebih bahaya daripada Dajjal yang bernama Muhammad ibn Idris As Syafi’i”. Hadits-hadits ini muncul karena fantaik berat dengan madzhab.
http://www.muslimah.or.id
0 comments:
Post a Comment