lihat juga

Saturday, December 22, 2012

Bangsa Mongol Penyebar Islam yang terlupakan

Jika membaca sejarah, selama ini Bangsa Mongol sering identik sebagai penghancur kejayaan dinasti Abbasyiah di Baghdad.

Para ahli sejarah mempunyai banyak perbedaan pendapat tentang siapa dari kerajaan Mongol yang lebih dulu masuk Islam, yang pasti bukan Genghis Khan. Ada yang berpendapat Chagatai Khan (putra kedua Genghis, penguasau transoxania), Hulagu Khan (Penakluk Baghdad) atau Karachar Nevian (Panglima Perang Chagatai).

Kita sampingkan saja siapa yang Islam pertama kali dari Dinasti Mongol. Setelah sukses menaklukan Baghdad dan mendirikan kerajaan-kerajaan otonom di wilayah yang ditaklukan. para raja kerajaan
otonom ((Genghis membagi Kerajaannya bagi tiga putranya) ) tadi banyak yang masuk Islam dan memutuskan hubungan dengan Mongol Pusat. Tokoh yang terkenal jelas si Timur Lenk (Tamerlane).

Masa-masa akhir Dinasti Abbasyiah adalah
masa kesesatan, jauh dari apa yang disebut akhlaqul Islamiyah. Perbudakan manusiawi dan secara bertahap mulai dihapuskan oleh Rasulullah dan sahabatnya, malah kembali dilestarikan pada masa ini dengan perbudakan yang tidak manusiawi. Perdagangan yang jujur sudah tidak ada lagi, bahkan pedagang asal Baghdad terkenal akan kelicikanya pada masa itu. Menarik “jizyah” (upeti) seraya mengancam akan membumi hanguskan. dll

Ada perbedaan pendapat di kalangan sejarawan, tentang alasan kenapa bengis- nya Hulagu Khan dalam menaklukan Baghdad. Ada yang berpendapat karena “dendam” persia yang mengalir dalam darah istri kesayanganya, tapi ini juga banyak yang meragukan karena panjangnya masa yang terbentang dari penaklukan Persia (th. 661.M) ke penaklukan Baghdad (th.1258)

Teori kedua adalah masalah ekonomi. Beberapa kali dalam transaksi perdagangan, Persia mongol yang dipimpin Hulagu selalu dikadali pihak Baghdad sehingga menimbulkan kerugian yang besar. Di dalam negeri pun (kekuasaan Abbasyiah saat itu sudah menyempit hanya seputar Iraq) Khalifah Mus’tasim juga dibenci penduduknya karena tinggi-nya pajak. Sehingga beberapa daerah otonom mendeklarasikan kemerdekaanya.

Teori kedua ini diperkuat dengan sebuah lukisan bagaimana Hulagu Khan memperlakukan si Khalifah yang ditaklukannya. Sang Khalifah di penjara bersama harta kekayaannya, seperti ingin menertawakan kegilaan harta si Sultan Musta’sim.

Setelah sukses menghancurkan Baghdad, Pasukan Hulagu juga sukses meruntuhkan
Damaskus tapi akhirnya ditumpas ketangguhan pasukan Dinasti Ayyubiyah asal Mesir.

Sampai sekarang perdebatan tentang Agama apa yang dianut oleh Hulagu juga cukup menarik disimak. Ada yang berpendapat kristen sebagaimana agama Ibu dan Istrinya, tapi proses pemakamanya menggunakan ritual Buddha.

Teori bahwa dia beragama Buddha mungkin lebih dipercaya, karena ketika perang Salib III berakhir dengan kekalahan di pihak Eropa, dia menawarkan bantuan dengan langsung menulis surat kepada Paus dan Raja-raja Eropa (th.1262M), tapi ditolak. Mungkin dia dianggap kafir karena non kristen, padahal
klo bantuanya diterima, semua Kesultanan “Arab Saracen Muslim” pasti tamat

#KONTROVERSI TIMUR LENK
Disaat banyak ulama muslim menghujat kebengisan Timurlenk, Ibnu Khaldun salah seorang ulama ternama muslim, malah memuji Timurlenk dengan mengatakan “Disaat banyak pemimpin muslim terlena oleh harta dan melupakan penyebaran Islam, Timurlenk datang meneruskan kerja penyebaran Islam”

Orang Mongol satu ini memang terus menjadi kontroversi dalam sejarah,
terutama bagi yang tidak memahami kondisi sosial dunia Arab abad pertengahan. Arab pada masa itu telah kembali ke dalam apa yang disebut masa “jahiliyyah”. Islam sudah tidak lagi dijunjung,
melainkan diinjak-injak atas nama keluarga, kesukuan, madzhab dan demi kekuasaan. Hal inilah yang menanamkan kebencian nyata dalam diri Timurlenk
pada ras Arab dan selalu menjaga ke- steril-an pasukannya dari orang Arab.

Terlahir dari keturuan Genghis Khan dari pihak Ibu (Putri dari Chagatai Khan), Kakeknya Chagatai Khan adalah penguasa Chagatai Khanate. Emperium Mongol ketika itu dibagi menjadi beberapa daerah federal yang bebas tapi tetap tunduk pada kekuasaan presiden utama di Mongol pusat yang bergelar “The Great Khan”. Kakek dari pihak bapak Timurlenk (Tamerlane) adalah panglima perang Chagatai Khan bernama Karachar Nevian.

Tahun 1260, setelah kematian Mongke Khan (Great Khan ke-5 sebelum Kubilai Khan) Chagatai Khannate menyatakan putus hubungan dengan mongol pusat dan berdiri Independent karena perbedaan prinsip agama. Timurlenk sendiri sukses naik ke tampuk pimpinan pada tahun 1370 M. Tapi dia hanya mengangkat dirinya sebagai Panglima Besar dan mengangkat Sultan-sultan Chagatai sebagai gubernur saja.

Setelah itu, 35 tahun hidupnya dihabiskan untuk mempersatukan dunia Islam yang tercerai-berai, para sejarawan sering menulisnya sebagai penaklukan, tapi Timurlenk dalam memoarnya dengan tegas membantah:
"I am not a man of blood; and God is my witness that in all my wars I have never been the aggressor, and that my enemies have always been the authors of their own calamity
Saya bukanlah pembantai, dan biarlah Tuhan sebagai saksiku bahwa dalam setiap perang saya tidak pernah menjadi penakluk, dan para musuhku lah yang telah menulis bencana mereka sendiri"

Bila membaca sejarah secara adil, mungkin kita bisa memahami “kebengisan” Timurlenk. Profil ke-muslim-an Timurlenk tidak main-main. Sejak kecil dia dididik dalam pemahaman Islam yang sangat kuat, bahkan sudah hafal Qur’an sejak usia 10tahun. Sebagian sejarawan berpendapat bahwa dia seorang Syiah tapi melihat profil pendidikan ke-islam-an yang banyak dipengaruhi Madzhab Hanafi, dia adalah seorang Sunni.

Tapi profil Timurlenk menurut Ibnu Khaldun lebih menarik disimak. Timurlenk adalah pribadi yang sangat toleran terhadap perbedaan tapi mudah marah ketika melihat ada seorang yang mempermasalahkan perdebatan, apalagi jika kemudian terjadi perang antara sesama muslim hanya karena perbedaan khilafiyah dan perebutan kekuasaan, Timurlenk tidak akan pernah mengampuni hal-hal sepele seperti ini.

Keteguhan dan kebengisan tekad Timurlenk dalam menyiarkan faham toleransi dan persatuan Islam bisa dilihat dari proses penaklukan Dinasti Ilkhanid di Iran. Tahun 1335-1384 terjadi perang saudara perebutan kekuasaan di Dinasti Ilkhanid setalah Sultan Abu Sa’id meninggal Dunia. Tahun 1385 dia memimpin 200ribuan pasukan untuk proses stabilisasi politik dan menempatkan Sultan bayangan untuk memungut upeti sebagai pengganti biaya perjalanan pasukan.

tahun 1387 terjadi pemberontakan atas kekuasan TimurLenk dan menolak membayar upeti. Karuan saja Timurlenk marah, lalu melakukan pembantaian massal pada pasukan pemberontak yang sudah terkepung. Sejarah mencatat ada hampir 70.000 kepala manusia yang terpenggal lalu ditempatkan pada 28 menara benteng, di setiap menara terdapat 1500-an kepala.

Perhatian pada penyebaran Islam juga sangat tinggi. Salah satu contohnya adalah alasan TIMUR LENK menginvasi Kesultanan Delhi di India. Menurut sejarawan Cambridge, alasan utama adalah terlalu minimnya upaya Islamisasi yang dilakukan oleh Delhi karena banyaknya sogokan dari kaum Hindu India pada Sultan.

Setelah menaklukan Delhi, garnisun pasukan Turki ternyata menerima suap dari penduduk Hindu agar lebih terjamin keamanannya diluar jizyah (upeti resmi) yang sudah ditetapkan oleh Timurlenk. Karena ketahuan, penerima suap (Pasukan Turki) dan para peyuapnya dijatuhi hukuman penggal kepala.

Garnisun Tukri berkekuatan 15.000 pasukan menolak, memberontak, menjarah dan memaksapenduduk Hindu untuk bergabung berperang melawan Timurlenk. Karuan saja disikat habis dengan korban mencapai 100.000 orang. Kejadian ini menyebabkan hubunganya dengan Dinasti Turki Utsmaniyah tidak harmonis.

Ketika akhirnya menaklukan sebuah kerajaan, ilmuwan dan Ulama setempat langsung dibawa ke Samarkand (Uzbekistan) untuk dimuliakan. Kemanapun Timurlenk pergi dalam rombonganya selalu terdapat Ulama untuk membimbing pasukanya, dan memasukkan pemahaman Islam pada daerah taklukanya. Tidak mengherankan, bila dikemudian hari daerah (wilayah Asia Tengah sampai Asia Selatan) memiliki toleransi yang hebat dalam memaknai perbedaan.

Ada kisah menarik tentang kuburan Timurlenk, saat Uzbekistan dikuasai Soviet. Seorang arkeolog Soviet Mikhail Mikhaylovich Gerasimov nekad menggali kuburan Timurlenk dan merekonstruksi tulang- tulangnya untuk mendapatkan gambaran wajah. Dia mengindahkan tulisan di peti mati
(Siapa yang pernah membuka makamku, akan melepaskan penyerbu yang lebih mengerikan daripada aku)
dan 2 hari kemudian Nazi German meluncurkan Operasi Militer bersandi Barbarosa menyerang Soviet. Dan setelah kemenangan Soviet di Perang Stalingard, jasad kerangka Timurlenk dikubur kembali dengan ritual Islam.

ads

Ditulis Oleh : gdfysx Hari: 9:57 PM Kategori:

0 comments:

Post a Comment

surf