lihat juga

Wednesday, August 22, 2012

Benarkan Dalang Dari Gempa Tsunami Aceh 2004 Adalah Amerika ?



Masih terasa akan rintihan dan air mata, tentang sebuah bencana yang membuat saya tak bisa
berkata-kata. Saya juga ingat tentang sebuah syair dari pujangga kita, Ebiet G. Ade dalam 'Berita Kepada Kawan' yang khas dalam kalimat 'Pada rumput yang bergoyangnya'. Atau syair milik iwan fals, dalam 'Saat Minggu Masih pagi'.

"Ribuan jiwa melayang pergi,
Jutaan hati merintih pasti, Saat
minggu masih pagi, Gempa dan
tsunami menghantam negeri,
Harta benda musnah bersama air
mata. Bayi bayi lepas dari
pangkuan ibunya, Tak ada lagi
kata di hati mereka, Tinggal
kepasrahan dan
kepedihan." (Iwan Fals, Saat
Minggu Masih Pagi).

- - -

Pada tanggal 26 Desember 2004 silam, telah terjadi gempa Bumi dan Tsunami dahsyat di Samudra
Hindia, lepas pantai barat Aceh. Gempa ini tercatat terjadi pada waktu 7:58:53 WIB. Pusat gempa
sendiri terletak pada bujur 3.316° N 95.854° E kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10
km. Gempa ini berkekuatan 9,3 skala Richter.

Menurut U.S. Geological Survey korban tewas mencapai 283.100, 14.000 orang hilang dan 1,126,900 kehilangan tempat tinggal. Menurut PBB, korban 229.826 orang hilang dan 186.983 tewas. Tsunami Samudra Hindia menjadi gempa dan Tsunami terburuk 40 tahun terakhir.

Dalam tragedi ini, setidaknya ada 15 negara yang terkena dampak tsunami, yaitu Indonesia, Sri Lanka, India, Thailand, Somalia, Myanmar, Malaysia, Maladewa, Seychelles, Tanzania, Bangladesh, Afrika Selatan, Kenya, dan Madagaskar.


Pertama, kita perhatikan opini Simon Dean dari inggris. Simon menemukan sejumlah fitur tidak biasa di zona gempa tahun 2004 seperti topografi dasar laut, cacat sedimen, serta lokasi gempa bumi susulan setelah gempa utama. Sementara Sumatera cukup sering mengalami gempa karena terletak di dekat
perbatasan dua lempeng tektonik bumi.

Gempa bumi terjadi pada apa yang dikenal sebagai zona subduksi, seperti di kawasan barat Indonesia di mana satu lempeng tektonik dipaksa masuk ke lempang lain. Alih-alih melintasi satu dengan yang lain secara lancar, gerakan itu malah menciptakan energi sehingga dua lempeng akan slip atau pecah dan melepaskan energi yang disimpansebagai gempa bumi.

Dengan membandingkan zona subduksi di wilayah barat Indonesia dengan zona subduksi lain di seluruh dunia, tim peneliti percaya bahwa wilayah gempa bumi di Sumatera pada tahun 2004 sangat TIDAK BIASA sehingga menimbulkan tsunami yang lebih tinggi di kawasan Sumatera..

Kedua, Menurut Joe Vialls (ahli nuklir Australia) bahwa tinggi gelombang Tsunami tidak pernah terjadi sedahsyat Tsunami Aceh. Kecuali adanya sebuah dorongan kuat (ledakan) dalam Air di kedalamantertentu, dia juga menyebutkan bahwa Tsunami Aceh adalah Bencana Artifical.
Dalam bukunya “Did New York Orchestrate The Asian Tsunami?” yang ditulis, 5-6 Januari 2005. Dan
anehnya, tidak lama setelah menulis buku itu Vialls ditemukan tewas di Perth 17 Juli 2005.

Ketiga, Hipotesa milik M. Dzikron AM (Dosen Unisba) yang menyatakan:
1. Sebagian besar mayat yang ditemukan terbujur kaku dengan kulit berwarna hitam pekat, kematian akibat tenggelam tidak akan mengubah warna kulit sedemikian cepat dan sedemikian hitam, sebaliknya mayat-mayat hitam juga nampak pasca dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.

2. Kapal-kapal perang Amerika berdatangan dengan cepat dan bertahan di Aceh selama beberapa bulan bukan sekedar memasukkan bantuan namun juga mengawasi wilayah laut agar peneliti Indonesia tidak turun ke sana.

3. Ditemukan sampah nuklir 2 bulan pasca tsunami di wilayah Somalia yang kemudian diungkap UNEP, yang diduga berasal dari Samudera Hindia. Sebelumnya, VOA Amerika mengklaim itu ubongkahan dari Nuklir Eropa 1972, anehnya, pada tahun itu PBB sendiri yang melarang adanya nuklir di lautan.

Jenis senjata HAARP yang digunakan diperkirakan disebut Warhead Thermonuklir W-53 dengan kekuatan 9 megaton ternyata dapat dengan mudah ditempatkan dalam wadah yang mirip diving chamber (alat selam dalam) yang biasanya digunakan dalam eksploitasi minyak. Wadah ini sekaligus melindunginya dari tekanan sebesar 10.000 pon per inchi persegi di dasar palung laut dalam.

Bobot total dengan wadahnya kurang dari lima ton, sehingga dapat dijatuhkan dari buritan kapal suplai anjungan pengeboran minyak lepas pantai. Metode teknologinya disebut SCALAR, yang menggunakan gelombang elektromagnetik untuk memanipulasi kekuatan alam.

Teknologi perusak berbasis gelombang elektromagnetik pertama kali dikenalkan saintis Rusia Nikola Tesla Saintis ini menjadikan bencana gempa di berbagai negara pada 1937 sebagai sampel penelitian. Selanjutnya, Tesla melakukan penelitian mengenai penciptaan alat yang mampu memunculkan gelombang frekuensi tinggi yang bisa memicu badai dan gempa tektonik. Setelah melalui berbagai penyempurnaan, alat itu mampu mengalahkan kekuatan Nuklir.

Belakangan senjata pemusnah massal itu dikenal sebagai elektromangnetik SCALAR. Anehnya, rancangan Tesla ini kemudian hilang tak berbekas setelah ia meninggal dan muncul kembali dalam program HAARP, padahal ketika pertama kali ditawarkan kepada Pentagon, rancangan Tesla ini ditolak mentah-mentah.

Menurut Bertell, AS sudah melakukan uji coba sejak puluhan tahun lalu. Negeri Paman Sam menggunakan Barium dan Lithium yang “dikirim” ke lapisan ozon dengan bantuan gelombang elektromagnetik ke langit negara-negara asia. Teori Bertell didukung Michel Chossudovsky yang berprofesi sebagai analis persenjataan global. Chossudovsky menuduh Pentagon sudah lama membuat senjata untuk memanipulasi cuaca. April 1997, menurut Menhan William Cohen, AS terpaksa menghadapi serangan senjata perubah cuaca dengan senjata sejenis.

Demikian juga dengan penggunaan gelombang elektromagnetik pemicu gempa dan tsunami.
Apa yang dijelaskan Bartell dan Chossudovsky sebenarnya berada di luar nalar logika kita, sehingga kita lebih percaya bahwa sebuah tsunami terlalu musykil dibuat dan dirancang oleh manusia. Namun bila kita memikirkan isu apa yang saat ini digadang-gadang oleh Amerika dan sekutunya, khususnya mereka yang terlibat dalam manipulasi Pemanasan Global, maka senjata HAARP bukan lagi cerita fantasy Hollywood, seperti orang-orang di seluruh dunia yang sebelumnya tidak pernah percaya pada Bom Atom yang dijatuhkan Enola Gay ternyata hasil rekayasa teknologi nuklir yang pada masa itu dianggap begitu canggih.

Seperti kita ketahui HAARP (High Altitude Atmospheric Research Project) adalah senjata yang didisain untuk menciptakan bencana alam seperti gempa, badai dan tsunami. HAARP memiliki alasan sendiri untuk dijadikan sebagai kekuatan baru dalam isu pemanasan global, seperti dalam project teranyar mereka yang menggunakan ELF (Extremely Low Frequency) untuk menembus lapisan tanah dan es kemudian menghancurkan/melelehkan lempeng artik, melubangi ozon seperti yg sdh dijelaskan, membuat gempa spt di Haiti, China dan Korea, serta menciptakan ‘hurricane‘.
Simbol triple-six 666, One-Eye & Laut Terbelah ada di Museum Tsunami Aceh.
Nah, Jika ini benar, ini sebuah kebiadaban, ini sebuah penghinaan, dan ini sebuah fakta pahit bagi kita.

Pertanyaannya adalah, mengapa kasus ini tidak diusut tuntas? Lalu apa tujuan AS menyimpan nuklir di Lautan kita?

Jika, ini sebuah bencana dari manusia sendiri, haruslah kita Perhatikan Surat Ar-Rum ayat 41, yang Allah S.W.T berfirman “telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah mengehendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Subhanallah, benar atau tidak yang mesti kita yakini adalah kekuasaan dan kebesaranNya. Maha suci Allah tiada satupun kejadian didunia ini yang terlewat dari kuasa dan kehendaknya.

Sekian tentang Benarkan Dalang Dari Gempa Tsunami Aceh 2004 Adalah Amerika ? , semoga bermanfaat.

Referensi by http://justlatif.blogspot.com/
2012/07/tsunami-aceh-benarkah-korban-kebiadaban.html

ads

Ditulis Oleh : gdfysx Hari: 7:06 PM Kategori:

0 comments:

Post a Comment

surf