Para ahli pernikahan merekomendasikan strategi berikut untuk mengatasi perdebatan pasangan yang kerap tak terhindarkan, diantaranya dengan:
Tidurlah jika marah
Terapis pernikahan mengatakan, mengatasi kemarahan bisa dengan membiarkan seseorang tidur di sofa. "Kami telah menemukan bahwa tidur ketika marah seringkali merupakan pilihan terbaik," ungkap Lisa Earle McLeod, penulis dan veteran pernikahan selama 23 tahun.
"Hal ini memungkinkan pasangan membersihkan pikiran mereka. Tidur dan mulailah bercinta untuk memperbaiki perkelahian."
Istirahat
Menurut konselor pernikahan berlisensi klinis, Timothy Warneka, istirahat 30 detik (di tengah perkelahian) dapat membantu pasangan me-reset perselisihan. "Jangan keluar dari ruangan ketika berkelahi, dan cobalah terkoneksi kembali ketika semua pihak telah lebih tenang," pesannya.
Menurut Melody Brooke, terapis pernikahan dan keluarga berlisensi juga penulis "The Blame Game", ada dua hal yang menggagalkan perkelahian intens: mengakui apa yang dilakukan untuk membuat pasangan berdecak kagum dan ekspresikan empati terhadap pasangan.
Brooke mengakui ini adalah hal yang sulit namun biasanya sangat sukses diterapkan. "Membiarkan pertahanan kita turun dalam panasnya pertempuran nampaknya berlawanan dengan intuisi, namun sebenarnya sangat efektif terhadap pasangan."
Temukan humor
Pamela Bodley yang telah menikah 23 tahun, mengakui jika tak mudah menjalani pernikahan di tahun-tahun awal. "Namun itu akan menjadi sangat jauh lebih baik ke depan. Ini karena kami memiliki rasa humor.." Bodley mengakui, suaminya Paulus telah menceriakan suasana hati dengan melontarkan humor di setiap kesempatan.
Diam dan sentuh.
Brooke mengatakan, ada titik di mana membahas masalah yang menjadi topik perselisihan tidak membantu. Terkadang pasangan hanya perlu berpelukan satu sama lain ketika tidak ada lagi yang bisa dipertemukan. "Terkoneksi kembali dengan sentuhan ini sangatlah penting."
Hindari Kata "tapi" .
Jane Straus, penulis "Enough is Enough! Stop Enduring and Start Living Your Extraordinary Life" mengatakan, pasangan kerap gagal membuat resolusi ketika mereka mengakui posisi pasangan lain namun kemudian menyebutkan kata "tapi" di napas berikutnya.
Ini seolah menegaskan kembali argumentasi sendiri. Contoh: "Saya mengerti mengapa kamu tidak mengambil piring kotor di ruang makan, tapi kenapa kau perlakukan aku seolah-olah pembantu?".
Ingat hal yang terpenting.
"Segeralah sadari, tidak perlu ada dua `makhluk' dalam pernikahan," demikian ungkap Jacqueline Freeman. Namun sebenarnya ada tiga makhluk dalam pernikahan: Anda, suami, dan pernikahan.
Dan, kita perlu merawat ketiganya. Jadi ketika Anda berdebat bersama pasangan mengenai rumah yang berantakan, jangan lagi berargumentasi jika Anda sibuk bekerja untuk memberi tambahan penghasilan bagi keluarga. Namun ingat-ingatlah kata kuncinya "apa yang terbaik bagi pernikahan ini?".
Dan ingat, tidak ada pernikahan yang sempurna. Perselisihan yang kerap terjadi, ibaratnya air yang pasang surut dari kompromi dalam sebuah hubungan. Dan tidak ada sebuah ukuran pernikahan yang normal. Normal ibaratnya sebuah siklus dalam mesin cuci.
0 comments:
Post a Comment