Siapa bilang tinggal di hutan mengekalkan kesunyian? Atau membeku bersama waktu yang berjalan pelan. "Itu bohong," kata Ramon Y Tungka. Yuk simak penuturannya. Hutan mengajarimu berpikir kreatif, mengajakmu keluar dari segala kebiasaan dan memacu waktu jauh lebih gegas dari semestinya. Mau bukti coba saja sehari semalam tinggal di Pemerihan, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung dan buktikan sendiri betapa kesibukan sehari-hari membuatmu lupa waktu. Sarapan pagi dengan diiringi nyanyian burung atau bahkan memandikan gajah.
Dan gara-gara itu pula saya ketinggalan bus terakhir menuju Pantai Tanjung Setia. Padahal dalam sehari hanya ada dua bus yang melewati jalur ini, jalur Lampung-Kota Agung-Pemerihan-Krui. Bus pertama lewat pukul 12.00 WIB, tepat saat teman satu tim saya dikentutin gajah. Bus kedua lewat pukul 15.00 WIB, yang ini tepat saat kami berlari dari pondok menuju jalan. Walhasil lewat dua-duanya.
Tapi harapan dan usaha harus tetap jalan kan, tak ada bus truk pun jadi. Tapi truk siapa, ya truk siapapun yang lewat di depan kami. Maka dengan gaya sok melas ala tokoh-tokoh film Hollywood yang mencari tumpangan, kami mulai beraksi. Truk pertama bablas, kedua ngacir, ketiga lanjut, baru yang keempat mau berhenti dengan agak mendadak. Dengan wajah sumringah saya dan kawan-kawan langsung melompat ke dalam truk.
Saya duduk di depan, di samping Pak Adam, pengemudi murah hati yang selalu percaya pada niat baik. Iya niat baik. Kepercayaannya pada niat baiklah yang membuat dia menghentikan truknya saat kami cegat. "Saya percaya pada niat baik manusia, makanya saya berhenti. Karena saya masih percaya mas-mas yang numpang ini punya niat baik. Jadi ya jangan takut numpang kalau niatnya memang baik," begitu kata Pak Adam. Duh Gusti ternyata nunuters alias tukang numpang atau nunut itu memang bukan hanya di film-film Hollywood saja.
No comments:
Post a Comment