Wednesday, November 21, 2012

Dongeng Anak : Ular Sanca Kembang Yang Baik Hati

Dongeng Anak : Ular Sanca Kembang Yang Baik Hati

Ular Sanca Kembang Yang Baik Hati - Suatu hari di Pegunungan Himalaya, seekor Ular Sanca Kembang betina sedang mencari sarang untuk bertelur. Tubuhnya yang berat (100 kg) dan panjang (8 meter) berjalan lambat menyusuri tanah dingin berlapis salju tipis.

Pegunungan Himalaya adalah pegunungan yang penuh salju. Himalaya adalah bahasa sansekerta artinya Hima (salju) dan aalaya (tempat kediaman). Pegunungan Himalaya mempunyai panjang 2.400 km dan lebar yang bervariasi antara 250 km-300km. Pegunungan Himalaya memanjang sepanjang 5 negara (Pakistan, India, Cina, Bhutan dan Nepal).
Puncak Everest (8.850 m) adalah puncak tertinggi di Pegunungan Himalaya dan puncak tertinggi di dunia.


Hannah si ular sanca kembang betina, tinggal di sana. Saat ini bulan Nofember, musim kawin selama dua bulan sudah berlalu, saatnya Hannah mencari sarang dan bertelur. Hannah sudah dua bulan tidak makan dan minum (berpuasa) karena selama musim kawin biasanya para ular sanca kembang berpuasa dan Hannah akan lebih lama lagi berpuasa (100 hari) karena mengandung, sampai telurnya menetas.

Setelah lama berjalan akhirnya Hannah menemukan sebuah lubang yang cocok untuk bersarang. Lubang itu ada di dalam sebuah gua kecil yang dalam dan hangat. Hannahpun mengeluarkan telurnya satu persatu sampai mencapai jumlah 100 butir. Tubuhnya tidur melingkari telur-telurnya sambil sesekali memberikan hawa panas dengan cara mengencangkan otot badannya. Hannahpun tertidur untuk 100 hari ke depan.

Baru satu minggu Hannah terlelap, tiba-tiba terdengar kegaduhan di dalam gua. Seekor kera besar jantan dengan nafas tersengal-sengal terlihat bersembunyi di dekat sarangnya.

“Hai… ada apakah gerangan?” Hannah bertanya dalam hati. Namun ia tak mau menjulurkan kepalanya untuk bertanya pada sang kera jantan.

Tak berapa lama kemudian, terdengar suara tapak kaki manusia dan gonggongan anjing .
“Coba lihat gua ini, mungkin kera itu ada di dalamnya” Suara seorang lelaki terdengar memerintah .

“Nguik…Nguikkk…..” Terdengar suara ketakutan sang kera jantan .
Suaranya menyanyat hati tanda keputus asaan, Hannahpun tak tega. Ia berniat menolong, maka iapun keluar dari lubangnya. Sang kera jantan terkejut, namun Hannah tersenyum dan berkata :
“Jangan takut, aku akan menolongmu”.

Ketika dua orang manusia masuk ke lubang itu, Hannahpun menyapa mereka:
“Siapakah gerangan yang mengganggu tidur panjangku?”
“Ohhh….maaf ternyata ada ular sanca sedang beristirahat” Santun mereka menyapa, di adat mereka ular adalah salah satu binatang yang harus di hormati dan tidak boleh dibunuh.

“Maaf, kami sedang mencari seekor kera jantan untuk dijadikan santapan, kami sudah kehabisan makanan selama 4 hari”
“Tidak ada kera jantan masuk kemari, hanya aku dan telur-telurku yang mendiami gua ini”
” Ooohhh maaf, silahkan melanjuti istirahatmu wahai ular sanca, kami pamit untuk mencari kera itu”
“Silahkan”
Kedua orang itupun pergi berlalu dari gua, di iringi gonggongan anjing yang tak percaya bahwa sang kera jantan tidak ada di dalam gua.

Sang kera jantan nampak menarik napas lega. Ia bersyukur tidak dijadikan santapan oleh bangsa manusia.
“Terimakasih ular sanca kembang yang baik”
“Sama-sama kera”
” Maafkan aku wahai ular betina, kudengar engkau sedang bertelur?”
“Ya betul, baru seminggu ku erami”
“Maafkan kelancanganku wahai ular betina yang diberkati Dewa”
“Ada apakah kera jantan ? Mengapa wajahmu masih tetap susah?”
“Aku sudah berkelana mencari makan untuk keluargaku selama hampir satu minggu, namun tak ada yang dapat dimakan”
“Lalu….? ”
“Bulan ini hawa sangat dingin sehingga tak ada tanaman yang bisa bertahan hidup, artinya aku harus mengambil makanan di kampung manusia , sedangkan aku tak punya tenaga lagi untuk berjalan kesana”
“Apa yang dapat aku bantu kera?”
“Engkau dapat membantuku dengan memberiku beberapa butir telurmu agar tenagaku pulih kembali”

Sejenak Hannah berpikir, ia tak ingin kera jantan mati kelaparan. Apalagi sang kera jantan adalah tulang punggung keluarganya.
“Baiklah kera, aku berikan engkau 20 butir telurku agar tenagamu pulih kembali”
“Terimakasih ular sanca, engkau memang binatang yang diberkati Dewa”

Sang Kera jantan dengan lahap menyantap 20 butir telur, kini ia telah kenyang. Pancaran rasa puas terlihat di wajahnya. Hannah senang sekali dapat membantunya. Namun keceriaan di wajah sang kera tiba-tiba menghilang. Hannah bingung dan bertanya :
“Mengapa engkau kembali bersedih kera?”
“Aku ingat keluargaku yang kelaparan, dalam perjalanan ke kampung manusia aku akan melewati rumahku. Bolehkah aku meminta telurmu untuk mengganjal perut mereka yang kelaparan?”

Hannah adalah ular sanca kembang yang terkenal baik hati, iapun tak tega mendengar keluarga kera sudah kelaparan hampir satu minggu, maka diberikannya telurnya sebanyak 30 butir. Namun ternyata jumlah itu sangatlah sedikit dibandingkan jumlah keluarga sang kera jantan.

“Wahai binatang yang diberkati Dewa, jumlah ini sedikit sekali dibandingkan dengan istri dan 6 anakku”
“Jadi berapa telur lagi yang engkau butuhkan agar keluargamu tak lapar?”
“Jika kau tak berkeberatan, aku butuh seluruh telurmu”

Hati Hannah sangat sedih mendengar permintaan sang kera jantan, namun ia kembali teringat akan keluarga sang kera. Kera adalah binatang yang hanya melahirkan satu atau dua ekor anak selama kurun waktu dua tahun, sedangkan ia bisa bertelur sampai 100 setiap tahunnya. Dengan pertimbangan itu Hannahpun memberikan seluruh telurnya pada sang kera jantan.

Sang kera jantan sangat senang, diucapkannya terimakasih berkali-kali sampai membungkuk-bungkukkan badannya tanda bersyukur.

“Sudah, cukuplah rasa terima kasihmu, cepatlah pulang dan hati-hati di jalan ” Ucap Hannah sambil menyuruh sang kera jantan pulang. Sang kerapun pergi dengan suka cita. Hannah senang bisa membantu sesama walaupun harus kehilangan 100 butir telurnya.
“Kalaupun telur-telur itu ku erami, toh nantinya setelah menetas mereka harus berjuang sendiri untuk hidup, aku tak memberi mereka makan dan melindunginya” Hannah membatin menghibur diri, iapun memutuskan untuk istirahat di kubangnya. Ular betina akan meninggalkan anak-anaknya setelah mereka menetas, ular betina tidak mengurusi lagi anaknya.

********
Tiga hari berlalu, Hannah terbangun dan merasa lapar. Hukum alam berlaku, jika ia tidak lagi mengerami maka ia tak lagi berpuasa. Hannah keluar gua untuk mencari makan. Seharian dicarinya tikus, namun binatang itu tak seekorpun dilihatnya.

“Hmmm…tampaknya betul apa yang dikatakan sang kera jantan, bulan ini susah mencari makan” Hannah membatin sambil berjalan menuju kampung manusia. Biasanya disana tikus masih banyak. Dan Hannah betul, sesampainya di kampung manusia, ia dapat berburu tikus besar dengan mudah.

Ketika perutnya sudah kenyang , diputuskanya untuk mencari sarang baru di sekitar kampung manusia. Ketika melewati jalur sungai, di dengarnya teriakan sejumlah binatang dari sebuah rumah. Hannah penasaran sekali, maka dicarinya asal suara tersebut.

Sesampainya di sana, Hannah melihat begitu banyak binatang dari berbagai jenis sedang di kerangkeng. Mereka semua menangis meminta tolong sambil merintih kelaparan. Yang membuat Hannah lebih terkrjut adalah ketika di dengarnya suara yang tak asing lagi di telinganya, suara sang kera jantan!

“Hai kera! Mengapa engkau sampai dikerangkeng begini?”
“Ulaaaaarrrr……!” Pekik sang kera jantan senang sambil mengusap air matanya.
“Bebaskan kami wahai binatang yang diberkati Dewa” lanjutnya.
“Sebagian dari kami akan dijadikan santapan dan sebagian lagi dijual” timpalnya lagi.
“Kasihani kami….Kasihani kamiiii……” rintih para binatang.

Hannah adalah binatang perlambang kebijaksanaan, ia memang bijaksana. Karena itu secepatnya ia membuka kerangkeng mereka sambil berpesan untuk tidak ribut dan keluar dengan hati-hati. Semua binatang menuruti, mereka keluar dengan diam dan hati-hati, takut ketahuan sang pedagang.

Ketika hampir semua binatang keluar, mendadak anjing sang pedagang menggonggong keras, sehingga membuat semua binatang ketakutan dan ribut sambil berlarian keluar. Sang pedagangpun datang dengan cepat sambil membawa bedil. Melihat sang pedagang bersiap-siap menembakkan pelurunya dengan sigap Hannah membelit tangan pedagang itu dan meremukkan tangannya. Teriakan kesakitan terdengar.

Keributan yang terjadi membuat para pedagang binatang yang lain berlarian sambil membawa senapan, diantara mereka terdapat beberapa orang asing yang tidak mengenal adat istiadat penduduk di Pegunungan Himalaya. Sehingga ketika mereka melihat seekor ular membelit teman mereka, merekapun menembak Hannah.

“Dor…Dor….Dor…..” Suara senapan memekakan telinga.

Tiga peluru menembus tubuh Hannah, membuatnya melepaskan belitan dan berlari ke arah Pegunungan Himalaya. Namun tubuhnya yang berbobot 100 kg dengan panjang 8 meter membuatnya tidak dapat lincah bergerak, iapun menjadi santapan peluru-peluru milik orang asing. Melihat hal tersebut, beberapa pedagang pribuni, menarik senjata orang-orang asing itu sambil mengatakan bahwa ular adalah binatang yang dihormati di daerah mereka sehingga tidak boleh disakiti apalagi di bunuh.

Suara letusan peluru berhenti, teriakan para binatang yang lari tak terdengar lagi, tanda mereka sudah bebas ke alam liar. Beberapa pedagang pribumi Pegunungan Himalaya nampak mendekati Hannah dan berkata sambil memeriksa tubuhnya.
“Maafkan kawan kami orang asing yang tak mengerti adat kita wahai ular sanca kembang, binatang yang diberkati Dewa”

Hannah tak dapat berkata apa-apa, tubuhnya lemah, darah banyak keluar. Para pedagang pribumi berusaha menghentikan pendarahannya, namun usaha mereka sia-sia. Peluru terlalu banyak menembus tubuh Hannah. Para pedagang pribumi terlihat menundukkan kepalanya, tanda duka mendalam.

Beberapa saat kemudian mereka melakukan acara penghormatan untuk Hannah dengan cara membakar tubuh Hannah dan melarungkan abunya ke sungai. Para pedagang pribumi berharap Dewa tidak menimpakan kesialan kepada mereka karena telah membunuh binatang yang dilindungi para Dewa.

Sayup-sayup dari jauh terdengar tangisan pilu para binatang, mereka tau Hannah sang ular sanca kembang berkorban untuk mereka.



No comments:

Post a Comment