Pada 1 Agustus 2002 silam Sirkuit Mugello digetarkan oleh suara Ducati Desmosedici pertama, senjata pabrikan Italia yang akan digunakan untuk melawan motor Jepang yang akan membalap di rumah mereka dalam kelas MotoGP. Mesin Desmosedici memiliki layout V4 90° dengan menggunakan desmodromic valve sebagai sistem pemasukan bahan bakar ke ruang bakar, sistem desmodromic ini sudah digunakan oleh Ducati sejak tahun 1968. Salah satu yang berbeda dari pabrikan Jepang terletak pada chassis, dimana poros swingarm Desmosedici langsung menempel pada casing mesin sehingga mesin menjadi penumpu utama.
Di tangan Loris Capirossi dan Troy Bayliss, proyek ini terbukti berhasil dari awal. Motor baru ini langsung naik podium pada balapan pertamanya di Suzuka pada tahun 2003 dan diikuti oleh kemenangan setelah 6 balapan, dimana Capirex menjadi yang pertama menyentuh garis finish di Barcelona.
Musim 2004 tidak membawa kepuasan karena tidak ada satupun kemenangan dan hanya mendapatkan dua podium, hal ini membawa perubahan pilihan ban bagi Ducati dari Michelin menjadi Bridgestone. Selanjutnya pada tahun 2005 Capirex mendapatkan 2 kemenangan dengan total 4 podium.
Pada tahun 2006 yang menjadi musim terakhir bagi era 990cc, Loris Capirossi memenangkan tiga balapan yang kemudian terhambat oleh cidera di Barcelona. Pada penutup musim 2006 Troy Bayliss ikut balapan dengan menjadi wild card di seri Valencia dan secara mengejutkan memenangkan balapan.
Tahun 2007 merupakan debut mesin berkapasitas 800cc, tapi proyek Desmosedici tidak dirombak secara radikal dan ternyata GP7 cocok dengan gaya berkendara Stoner yang merupakan pendatang baru di Ducati. Pembalap bernomor 27 ini memenangkan 10 balapan dan membawa tropi juara dunia musim 2007.
Desmosedici terakhir yang menggunakan trellis frame adalah GP8 yang berhasil memberikan 6 kali kemenangan pada Stoner selama musim 2008 tapi motor ini malah tidak bisa dikendarai dengan baik oleh Marco Melandri. Pada akhir musim muncullah revolusi: Prototype Ducati beralih dari trellis frame menjadi desain karbon "monocoque".
Debut GP9 yang menggunakan sasis berbahan karbon dianggap berhasil setelah ditebus dengan hadiah kemenangan di Qatar dan diikuti oleh 3 kemenangan pada musim 2009 ini. Tahun berikutnya, 2010, situasi jauh lebih sulit bagi Stoner dan Ducati pada awal musim. Namun mereka masih bisa memenangkan 3 dari 6 seri balapan terakhir pada musim itu.
Tahun 2011 ini Rossi dan Hayden masing-masing baru mencatatkan 1 podium dengan menggunakan GP11. Rossi menyatakan adanya keterbatasan struktural pada Desmosedici dan proses pengembangan motor pun dipercepat. Akhirnya muncullah GP11.1 yang debut pada seri ketujuh di Assen, Belanda. Pada awalnya hanya Rossi yang menggunakan versi teranyar ini, kemudian Hayden beralih ke versi terbaru sejak seri Indianapolis dan meninggalkan GP11 selamanya.
Perbedaan yang paling terlihat dari kedua versi Desmosedici adalah pada rear end dimana swingarm pada GP11 hanya disematkan pada mesin, sementara pada GP11.1 suspensi juga terhubung pada unit tempat duduk bagian atas.
Hingga saat ini semua hasil pemikiran dan keringat dari tim Rossi dan tim Ducati memang belum membuahkan hasil, tapi yakinlah kalau keadaan pasti akan berubah :)
Di tangan Loris Capirossi dan Troy Bayliss, proyek ini terbukti berhasil dari awal. Motor baru ini langsung naik podium pada balapan pertamanya di Suzuka pada tahun 2003 dan diikuti oleh kemenangan setelah 6 balapan, dimana Capirex menjadi yang pertama menyentuh garis finish di Barcelona.
Musim 2004 tidak membawa kepuasan karena tidak ada satupun kemenangan dan hanya mendapatkan dua podium, hal ini membawa perubahan pilihan ban bagi Ducati dari Michelin menjadi Bridgestone. Selanjutnya pada tahun 2005 Capirex mendapatkan 2 kemenangan dengan total 4 podium.
Pada tahun 2006 yang menjadi musim terakhir bagi era 990cc, Loris Capirossi memenangkan tiga balapan yang kemudian terhambat oleh cidera di Barcelona. Pada penutup musim 2006 Troy Bayliss ikut balapan dengan menjadi wild card di seri Valencia dan secara mengejutkan memenangkan balapan.
Tahun 2007 merupakan debut mesin berkapasitas 800cc, tapi proyek Desmosedici tidak dirombak secara radikal dan ternyata GP7 cocok dengan gaya berkendara Stoner yang merupakan pendatang baru di Ducati. Pembalap bernomor 27 ini memenangkan 10 balapan dan membawa tropi juara dunia musim 2007.
Desmosedici terakhir yang menggunakan trellis frame adalah GP8 yang berhasil memberikan 6 kali kemenangan pada Stoner selama musim 2008 tapi motor ini malah tidak bisa dikendarai dengan baik oleh Marco Melandri. Pada akhir musim muncullah revolusi: Prototype Ducati beralih dari trellis frame menjadi desain karbon "monocoque".
Debut GP9 yang menggunakan sasis berbahan karbon dianggap berhasil setelah ditebus dengan hadiah kemenangan di Qatar dan diikuti oleh 3 kemenangan pada musim 2009 ini. Tahun berikutnya, 2010, situasi jauh lebih sulit bagi Stoner dan Ducati pada awal musim. Namun mereka masih bisa memenangkan 3 dari 6 seri balapan terakhir pada musim itu.
Tahun 2011 ini Rossi dan Hayden masing-masing baru mencatatkan 1 podium dengan menggunakan GP11. Rossi menyatakan adanya keterbatasan struktural pada Desmosedici dan proses pengembangan motor pun dipercepat. Akhirnya muncullah GP11.1 yang debut pada seri ketujuh di Assen, Belanda. Pada awalnya hanya Rossi yang menggunakan versi teranyar ini, kemudian Hayden beralih ke versi terbaru sejak seri Indianapolis dan meninggalkan GP11 selamanya.
Perbedaan yang paling terlihat dari kedua versi Desmosedici adalah pada rear end dimana swingarm pada GP11 hanya disematkan pada mesin, sementara pada GP11.1 suspensi juga terhubung pada unit tempat duduk bagian atas.
Hingga saat ini semua hasil pemikiran dan keringat dari tim Rossi dan tim Ducati memang belum membuahkan hasil, tapi yakinlah kalau keadaan pasti akan berubah :)
No comments:
Post a Comment