Sebenarnya ini topik lama yang pada masa-masa awal kami menjalani homeschooling (HS)/home-education (HE) sempat juga membuat kami khawatir. Terlebih lagi karena memang itulah bagian yang paling banyak di'pertanyakan' oleh mereka yang tidak sepakat dengan HS/HE. Pemula yang sedang membangun jati diri tentu saja bisa limbung dan mempertanyakan ulang keputusannya ber-HE. Akan tetapi saya bersyukur, justru dengan banyaknya benturan keraguan dari orang lain dan juga diri sendiri keputusan ber-HE menjadi semakin berargumentasi, bukan sekedar ikut-ikutan trend, bukan juga karena kekecewaan sesaat dan juga parsial terhadap pendidikan massal.
Sebulan terakhir pertanyaan serupa kembali saya dengar dari 3 orang yang berbeda. Karena itulah saya jadi tertarik untuk merenung ulang dan menuliskannya. Saya sudah tak mempermasalahkan 'sosialisasi', namun ternyata tanpa sadar saya belum bisa menjabarkan secara definitif tentang hal ini bagi diri saya, terlebih-lebih lagi bagi orang lain yang penasaran mempertanyakan.
Tapi perlu digarisbawahi, tulisan ini bukan untuk membela HS dan menjelek-jelekkan sekolah. Ini hanyalah argumentasi terbalik dari asumsi bahwa HS/HE bisa menyebabkan anak tidak bisa bersosialisasi.
Kalau yang dimaksud dengan sosialisasi adalah bertemu dengan banyak orang selain keluarganya maka tidaklah tepat jika anak homeschooling jadi tidak bisa bersosialisasi gara-gara tidak sekolah. Sesungguhnya mereka justru punya PELUANG lebih banyak untuk bersosialisasi dengan berbagai orang dari rentang usia yang heterogen (lebih muda, sebaya, dan bahkan lebih tua). Mengapa bisa begitu?
Bayangkanlah, anak-anak HE tidak dihalangi jadwal belajar sekolah yang penuh selama seminggu. Pada saat anak-anak sekolah berada di kelas untuk menyimak guru-guru mengajar, anak-anak HE bisa memilih pergi ke berbagai tempat, dengan beragam orang, melakukan kegiatan yang bervariasi dengan orang-orang berbeda, berguru/belajar pada orang-orang yang berbeda dengan topik yang juga berbeda-beda sesuai minat.
Anak HE bisa ikut kursus bahasa, kursus robot, latihan wall climbing, kursus masak, ikut kelas sains, musik, olah raga, atau mungkin juga ikut bantu orang tuanya jualan, dan kegiatan lainnya pada jam anak sekolah bersekolah. Pada setiap moment kegiatan-kegiatan tersebut bukankah anak-anak juga sebenarnya sama-sama bertemu banyak orang. Mereka bertemu guru dan teman-teman kursus atau latihannya, bertemu para pembeli (jika ikut jualan), dll. Bagaimana bisa anak HS/HE dikatakan tidak punya kesempatan bersosialisasi dengan kondisi seperti itu?
Memang tidak semua para pelaku HS/HE memiliki jadwal bepergian atau belajar ke tempat-tempat yang jauh dengan banyak orang, namun jika mereka mau, semua itu sangat memungkinkan terjadi. Sama halnya dengan anak-anak sekolah yang setelah pulang punya pilihan yang semacam itu. Sebagian anak mungkin kelelahan dan memilih di rumah saja, namun sebagian kecil ada juga yang memilih ikut kegiatan ekstra di luar jam pelajaran dan bahkan di luar sekolah. Semuanya kembali pada pilihan anak dan keluarga.
Kesan bahwa anak HS/HE tidak mampu bersosialisasi memang sering melekat pada awal-awal orang mendengar istilah homeschooling. Tidak salah juga sih sebenarnya, karena yang terbayang dari istilah homeschooling adalah kebalikan schooling secara mutlak. HS itu belajar di rumah saja dan yang ada di dalamnya hanya anak dan orang tua, sementara schooling berarti belajar di sebuah bangunan sekolah yang ada banyak anak-anak lain di dalamnya. Sedikit orang vs banyak orang.
Menurut saya pribadi, kalau sosialisasi itu sendiri lebih pada makna bertemu, berkegiatan, berbincang, berinteraksi, maka dalam soal belajar akademik tidaklah mesti harus begitu (walaupun bisa saja memilih demikian). Toh, pada dasarnya, anak-anak sekolah pun menyerap betul-betul pelajaran sekolah bukan pada saat guru menerangkan di sekolah, melainkan justru pada saat mereka sendirian di rumah, ketika mereka membaca ulang poin-poin pelajaran yang di sekolah hanya dikenalkan gambaran kasarnya karena keterbatasan waktu.
Jadi, khususnya bagi teman-teman yang berminat menjalankan HS/HE dan masih terbentur oleh ketakutan soal sosialisasi, yakinlah bahwa tidak bisa bersosialisasi bukanlah karena faktor HS atau sekolah, melainkan pilihan kita sendiri. Kita-lah yang akhirnya memutuskan, apakah akan mengajak anak bersosialisasi mengenal banyak orang atau hanya mengurungnya di rumah. HS/HE bukanlah halangan untuk mengenalkan anak-anak pada kehidupan sosial dan berinteraksi dengan manusia secara sehat. Insha Allah.
No comments:
Post a Comment